Sebuah harapan
Sebuah harapan
Karya : Muhammad Reza
Siang ini terasa udara sangat sendu. Awan terdiam sesaat. Aku memandang gadis kecil dengan kaus lusuh yang kotor membalut tubuh mungilnya. Tetapi, pandangan awan teralihkan. Teralihkan pada sosok wanita dengan pakaian lusuh dan kulit yang bergelambir di sekitar leher dan wajahnya. Aku melihat wanita itu dengan iba. Melihat wanita itu dengan jerit payahnya mengais sedikit demi sedikit butiran beras yang jatuh di lantai bercampur dengan debu dan kotoran sayuran. Sesekali orang lalu-lalang tak sedikit pun menendangnya. Tetapi, dengan sabar wanita tua itu tetap fokus mengais satu per satu butiran-butiran beras kotor di lantai tersebut. Sungguh.. Awan mencoba untuk menahan air matanya agar tidak jatuh saat itu.
“Ya Tuhan.. sungguh hebat makhluk ciptaanmu yang satu ini. Walaupun banyak kaki yang menendang-nendang tubuh kurusnya, ia tetap bersikeras untuk semangat melewati pedihnya kenyataan.” batin awan mencoba menopang air yang akan dia jatuhkan saat itu. Tak disangka, angin melihat raut wajah menyedihkan si Awan. Angin tersenyum tipis.
“Kau tahu? Masih banyak orang-orang jahat di bumi. Apa kau lihat tadi? dengan kejamnya berpasang-pasang kaki menendang wanita tua itu tanpa rasa iba dan bersalah. Begitu kejamnya mereka, asal kau tahu Awan..” Angin terdiam sesaat. Memandang ke arah Awan yang sejak tadi mendengar celotehan Angin. Kemudian pandangan Angin tertuju pada gadis kecil dengan kaus lusuh tadi. “Anak itu.” tunjuk Angin ke arah gadis kecil tersebut, dengan pensil sepanjang kelingkingnya dan sebuah buku kusam di tangannya. Sejenak Angin tersenyum hangat. Merasakan ada sejuta semangat pada gadis kecil itu.
“Siapa sangka, bisa saja anak itu yang akan merubah dunia. Merubah segalanya. Semuanya. Tak ada lagi manusia tamak. Tak ada lagi manusia serakah. Gadis itu. Gadis kecil itu, pembawa pelangi masa depan.” Awan menoleh ke arah Angin yang masih menatap gadis kecil itu. Angin tersenyum, mengetahui Awan memandangnya saat itu.
“Jangan khawatir.. masih ada setitik harapan di bumi. Jika seluruh manusia telah membunuh perasaan serakah dan tamaknya, pasti.. dunia akan merasa lebih bahagia dan aman.” ucap Angin lalu pergi begitu saja. Awan menunduk. Mencoba merenungi silsilah arti dari kata-kata Angin barusan. Sesaat, Awan tersenyum lebar. Mengetahui masih banyak cucu-cucu adam yang peduli dengan dunia.
"Aku megingkan didunia ini tidak ada keserakahan yang kulihat, jika ingin berhasil jangan dengan cara yang curang tapi masih banyak cara yang menghantarkanmu ke jalan kesuksesan, yang terpenting pendidikan yang tinggi pintaku".
Komentar
Posting Komentar